Selasa, 14 September 2010

Motif Ragam Hias



Saat ini, batik lagi naik daun.  Yang pakai batik berseliweran dimana-mana..di jalan, di mal, di segala tempat.  Batik bukan lagi   masuk ke dalam kelas "BUSANA KONDANGAN"...bukan lagi diidentikan dengan "GOLONGAN TUA/SEPUH".   Sekarang, mulai dari bayi, bocah, anak-anak, remaja, dewasa, manula...pria, wanita....rasanya semua pernah mengenakan batik dalam kesehariannya.


Saya jadi tertarik untuk mengumpulkan informasi tentang keanekaragaman BATIK, Sudah pasti belum  lengkap bahan yang terkumpul karena ternyata batik sendiri begitu kaya.





Batik


Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Cara pembuatan

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Jenis batik

  • Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
  • Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Ragam Motif Batik (--baru sebagian--)


---Batik Lasem & Batik Tiga Negeri
Batik Lasem mempunyai ciri khas multikultural ­Jawa-Tionghoa yang ­kental. Pesonanya tampak pada warna-warni yang cerah serta motifnya yang khas.
Batik merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia. Dari motif dan warnanya, kita bisa tahu dari daerah mana batik itu berasal.
Di Lasem, Jawa Tengah, motif dan warna batiknya kental dengan ciri multikultural antara budaya Jawa dan Tionghoa.
Hal ini terjadi karena pada zaman Kerajaan Majapahit, kota Lasem merupakan salah satu dari tiga kota pelabuhan terbesar.
Buku Serat Badra Santi (Babad Tanah Lasem) yang ditulis pada tahun 1479 me­ngatakan bahwa kota ini pernah disinggahi salah seorang nahkoda kapal dari rombongan Laksamana Cengho. Puteri Na Li Ni, istri sang nahkoda kapal, merupakan salah seorang perintis dunia perbatikan Lasem.
Tradisi itu kini diwarisi oleh pengrajin batik di Rembang khususnya Lasem, Pancur, Pamotan dan Rembang.
Motif khas Tionghoa itu bisa terlihat dalam gambar burung hong, kilin, liong, ikan mas, ayam hutan dan sebagainya.
Ada juga motif bunga seperti seruni, delima, magnolia, peoni atau sakura.
Ciri khas motif Tionghoa lainnya bisa dilihat dalam motif geometris seperti swastika, banji, bulan, awan, gunung, mata uang atau gu­lungan surat.
Motif Tionghoa ini berpadu dengan motif Jawa yang umum terdapat dalam batik khas Jogjakarta dan Solo, seperti parang, lereng, kawung, udan liris dan lain-lain.
Warna dominan batik Lasem adalah merah, biru, soga, hijau, ungu, hitam, krem, dan putih.
Warna-warna ini adalah juga pengaruh dari silang budaya.
Warna merah dalam batik Lasem adalah pengaruh dari budaya Tionghoa. Warna biru berasal dari pengaruh budaya Eropa (Belanda). Warna soga berasal dari pengaruh budaya Jawa, diambil dari warna batik Solo. Sedangkan hijau akibat pengaruh komunitas muslim.
Contoh jelas kombinasi warna ini bisa dilihat dari “batik tiga negeri” khas Lasem. Batik yang dikembangkan pada zaman Hindia Belanda ini mempunyai tiga warna khas yang dibuat di tiga wilayah produksi. Merah diproduksi di Lasem, Biru diproduksi di Pekalongan dan soga diproduksi di Solo. Warna biru bisa diganti dengan hijau atau ungu berdasarkan selera pemesan. Tapi warna merah dan soga terdapat di semua batik tiga negeri.

Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri sukar sekali direproduksi.

Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya.
Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik. Salut.


---Batik Jawa Hokokai 1942-1945
Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia. Batik jenis Jawa Hokokai biasanya dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing memegang peran proses pembatikan yang berbeda. Sistem padat karya seperti ini juga memungkinkan para pekerja di industri batik tidak di PHK. Kemiskinan dan kesulitan akibat Perdang Dunia ke-II nyata-nyata memengaruhi seni Batik di Indonesia.

---Batik Buketan-Pekalongan
Batik Indonesia dengan desain pengaruh Eropa
---Batik Mega Mendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah dibanding kota-kota lainnya.
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.
Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina.
Motif mega mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingg biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.

---Batik Untuk Pengantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.
Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).
Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai.
Selain Sido Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang.
Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliaan dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya.
Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin.
Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumahtangga.
---Batik Truntum
Boleh dibilang motif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.
Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentukbintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali
---Batik Pekalongan
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang.
Batik Pekalongan banyak dipasarkan hingga ke daerah luar jawa, diantaranya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar. Biasanya pedagang batik di daerah ini memesan motif yang sesuai dengan selera dan adat daerah masing-masing.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman . Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama’Batik Jawa Hokokai’,yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik jawa hokokai ini merupakan batik pagi-sore. Pada tahun enampuluhan juga diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengankain tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami. Memang orang Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
---Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
---Batik Pagi-Sore
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain.
Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain kebaya (jarik) untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif.
Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.
---Batik Sogan
Adalah salah satu jenis batik bernuansa klasik dengan warna dominan variasi dari warna coklat. Dinamakan batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan batik ini  menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi. Batik Sogan memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton. Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat. Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal musim, selalu ada pecinta jenis batik ini. Walaupun ada batik pesisiran yang lebih dinamis baik warna maupun motifnya yang kontemporer dan eksotis. Nah…batik yang mana favorit anda?
---Batik Remukan
Kekayaan variasi batik memang sangat luas. Salah satu jenis teknik pembuatan batik yang cukup unik adalah batik remukan. Disebut remukan karena proses pembuatan batik ini telah dimodifikasi, yaitu dengan memecahkan malam pada pola batik yang telah kering, sehingga pada proses pencelupan warnanya meresap pada retakan malam yang telah terbentuk, seperti yang terlihat pada contoh gambar
---Batik Kawung
Kawung is a simple batik pattern from java. White circle on the dark brown background. Recently, batik designers make many new pattern looks from this kawung pattern
---Batik Parang
Parang was once used exclusively by the royal courts of Central Java. It has several suggested meanings such as 'rugged rock', 'knife pattern' or 'broken blade'. The Parang design consists of slanting rows of thick knife-like segments running in parallel diagonal bands. Parang usually alternated with narrower bands in a darker contrasting color. These darker bands contain another design element, a line of lozenge-shaped motifs call mlinjon. There are many variations of this basic striped pattern with its elegant sweeping lines, with over forty parang designs recorded. The most famous is the 'Parang Rusak' which in its most classical form consisting of rows of softly folded parang. This motif also appears in media other than batik, including woodcarving and as ornamentation on gamelan musical instruments.
---Batik Ceplok
Ceplok is a general name for a whole series of geometric designs based on squares, rhombs, circles, stars, etc. Although fundamentally geometric, ceplok can also represent abstractions and stylization of flowers, buds, seeds and even animals. Variations in color intensity can create illusions of depth and the overall effect is not unlike medallion patterns seen on Turkish tribal rugs. The Indonesian population is largely Muslim, a religion that forbids the portrayal of animal and human forms in a realistic manner. To get around this prohibition, the batik worker does not attempt to express this matter in a realistic form. A single element of the form is chosen and then that element is repeated again and again in the pattern.
---Batik Modern
Modern batik, although having strong ties to traditional batik, utilizes linear treatment of leaves, flowers and birds. These batiks tend to be more dependent on the dictates of the designer rather than the stiff guidelines that have guided traditional craftsmen. This is also apparent in the use of color that modern designers use. Artisans are no Modern Batiklonger dependent on traditional (natural) dyes, as chemical dyes can produce any color that they wish to achieve. Modern batik still utilizes canting and cap to create intricate designs.
-------------------------------
Tradisi Jawa :
Pemakaian Kain Batik Menurut Keturunan
Terdapat motif-motif batik yang hanya boleh dipergunakan oleh kaum bangsawan saja, terutama raja beserta semua kerabat keluarganya saja, misalnya : putra dalem, wayah dalem, rayi dalem, sentana dalem. Adapun motif-motif yang berlaku disini, misalnya motif-motif parang, seperti :
Parang Klithik Parang Rusak Parang Gendreh Parang Barong Parang Kusumo
Parang Kesit
Parang Baris Parang Centhung Parang Gondosuli Parang Pamor Parang Pari Parang Ukel
dan lain sebagainya

Tradisi Jawa :
Pemakaian Kain Batik Menurut Jabatan
Yang dimaksud disini adalah pejabat-pejabat yang diangkat oleh raja, misalnya : Patih, Tumenggung, Mantri, Bupati, Panewu dan sebagainya. Mereka ini boleh mengunakan kain yang bermotif yang sama dengan Sentana dalem.


Tradisi Jawa :
Pemakaian Kain Batik Menurut Kesempatan
Yang dimaksud disini adalah suatu upacara tertentu atau pertemuan-pertemuan tertentu pula.
1. Untuk menghadiri upacara pengantin misalnya :
Semen Romo
Babon Angrem
Ceplok Mendut
Abimayu
Kladuk Manis
Buntal Wayang


2. Untuk Orang Tua Pengantin saat upacara pengantin misalnya :
Sidodrajat
Wirasat
Truntum Delimo
Truntum Pintu Retno


3. Untuk Orang Tua Pengantin upacara Siraman misalnya :
Nitik
Nogosari
Grompol
Cakar


4. Untuk Pengantin upacara Pengantin misalnya :
Sidomukti
Sidoasih
Sido Luhur
Sidomulyo


5. Untuk menghadiri upacara kematian dipergunakan kain batik, seperti
Cuwiri
Gabah Sinawur


6. Untuk mereka yang sehari-harinya mengenakan kain, biasanya menggunakan kain
seperti :
· Tambal Sewu,
· Kepet, dan juga beberapa motif semen.


7. Untuk upacara “Patutan” Mitoni 7 bulan mengandung bayi, biasanya menggunakan
kain seperti :
· Sidoasih
· Sido luhur
· Sido mulyo
· Sido mukti
· Semen room
· Semen Gurdo


8. Untuk mereka yang menjadi abdi dalem
pada waktu melakukan caos, biasa menggunakn kain batik yang sama seperti
orang menghadiri upacara perkawinan.

3 komentar:

JANGAN LUPA KOMENTAR NYA YANG MEMBANGUN